Sunday, June 29, 2014

TANJUNG BARAT (Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar)

Aku ngakak sampe kejang perut gegara membaca chattingan teman-teman TBR di WA (WhatsApp). Agus yang lagi galau karna cinta jadi bulan-bulanannya di dalamnya. Mungkin untuk mengalihkan pembicaraan, dia mengajak kami trip ke layar putih. Tapi aku usul, sekalian cari tempat baru di seberangnya karena layar putih sudah membosankan.  Mereka nggak ada yang comment tapi sepertinya setuju. Agus menginformasikan starting pointnya yaitu Alfamidi depan Kampung Rama. Nah, yang jadi berangkat ke sana itu adalah aku, Patrick, Agus, Mardha, Matuh plus adikku Nina dan temannya  Agus, Yusliani. Dengan mengendarai  4 buah motor, kami menuju lokasi yang selama ini sering kami lihat dari jauh tapi belum pernah kami kunjungi.

Kami sempat singgah di toko Indomaret dekat GTC. Di situ, Agus meminta uang 10rb/orang pada kami dengan gaya preman cap tikus untuk membeli  air minum dan kacang kulit rasa. Sudah itu kami melanjutkan perjalanan. Setelah melewati jembatan Barombong, kami langsung belok kanan. Tepat di pinggir jalan ada tulisan, “Wisata Pantai Tanjung Barat 1000m”.  Tetapi sekitar 50 meter melewati tulisan itu kami bertemu dengan seorang ibu dengan gaya cabe-cabean dan juga seorang remaja putri yang bertugas menjaga palang di tempat itu. Kepada mereka kami dimintai 5rb rupiah per motor. Kira-kira ada yang tau nggak ya apa akibatnya kalo kami nekat menerobos tapi gak mau bayar?

Akhirnya sampailah kami di Pantai Tanjung Barat. Beberapa ekor motor nampak terpakir di sana. Sebuah tulisan “Parkir Motor Rp. 2000” menginformasikan biaya yang hendak dikeluarkan lagi bila memarkir kendaraan di situ. So, kesimpulannya, kita perlu mengeluarkan 7ribu perak untuk bisa menikmati keindahan pantai Tanjung Barat yang sebenarnya tidak begitu indah amat. Padahal di sebelahnya ada sebuah rumah penelitian milik sebuah fakultas di UNHAS juga berdiri di sana. Hanya nampaknya kurang terawat. Di belakang tempat itu malah terlihat gubuk-gubuk yang sekilas nampak seperti gubuk asmara yang dulu sering kita temukan di pantai Barombong.

Menikmati sunset di sini memang keren. Kami berada di sana hingga malam menjelang. Karna penerangan di daerah itu gak ada maka aku benar-benar menikmati lampu-lampu jembatan Barombong dan cahaya dari bangunan-bangunan di tepi pantai barat pulau Sulawesi yang tampak dari situ. Bagi kalian yang mau foto prewedding, tempat ini recomended. Aku juga punya banyak foto di tempat ini karena kebetulan rambut, kumis, dan janggutku lagi panjang. Sebenarnya aku malas banget memelihara bulu-bulu ini. Dan tanpa kehadiran mereka pasti aku akan kelihatan lebih imut. Pasti kalian gak percaya kan?! Cius?! Yakin?!



*******

Nah, foto-foto berikut merupakan penampakan Tanjung Barat dan pemandangan dari pulau ini:
















*******

And this is me, the author and the photographer:











The story is under construction. Sila mengunjungi post saya sebelumnya.
I sincerely appreciate your taking time to provide your comments and feedback (by clicking on reactions or rate it). Jangan lupa, join this site. Thanks.



----------------------------------------------------------------------------------


Thanx to:

  1. Keluarga besar Komunitas Pencinta Alam - Pintas.
  2. Member of Group : Agustinus 'FCB' Duma,  dan Patrick Wulaa Petrus.
  3. The participant: Mardha, Nina, dan Yusli.

Sunday, June 15, 2014

PULAU SANROBENGI : Desa Boddiya, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

Peta persaingan Grup D Piala Dunia 2014 menjadi berantakan ketika Uruguay ditekuk Kosta Rika 1-3 dan Italia mengalahkan Inggris 2-1 dalam pertandingan dini hari hingga pagi ini. Tapi daripada  bahas tentang ini, mending kita bahas sekelumit petualanganku di sebuah pulau eksotik hari ini. Lagian semua media sudah membahas pertandingan tersebut secara obyektif maupun subyektif.

Nah, setelah pertandingan Italia vs Inggris itu aku mandi dan mengepak perlengkapan seadanya termasuk setermos kopi, sebotol air, dan sebungkus nasi kuning. Setelah semua siap, saatnya keluar rumah dan mulai bertualang. Dari rumah, aku ke rumahnya Memet dulu karena tempat itu sudah disetujui jadi starting pointnya. Sampai di sana, di antara teman-teman yang sudah hadir, aku nggak lihat si Agus padahal dia PJnya. Katanya sih, tadi sudah datang tapi pergi lagi ngurus setetes susu (akhir-akhir ini aku agak bingung dengan bahasa teman-teman). Markos menyusul kemudian dengan wajah yang masih lengkap dengan cetakan bantalnya. Bosan nunggu Agus yang juga susah dihubungi, kami memutuskan untuk menunggu Agus di Assisi karena beberapa teman dari OMK sana juga mau berpartisisapi ... eh, berpartisipasi dalam trip kali ini sekalian menunggu Agus di sana (kalo dia datang).
Ternyata, sampai di Assisi kami belum langsung berangkat tapi nonton lagi pertandingan antara Jepang vs Pantai Gading hingga selesai dengan skor 1-2. Setelah semua personil sudah lengkap, termasuk Agus, kami pun berangkat menuju Takalar dengan menggunakan motor. Cuaca agak mendung tapi nggak hujan. Cuma rintik sebentar tapi nggak sampai perlu pakai mantel. Agus dan Markos yang paling dulu karena Agus jadi navigator dengan bantuan Nokia lumia 520nya. Tapi meski pake gituan, toh kami tersesat juga. Untung kami bertemu dengan seorang pemuda yang baik hati yang mengantar kami hingga ke tempat sewa kapal buat menyeberang.
Melihat ukuran kapal yang hendak ditumpangi, hati jadi dumba-dumba geleter. Tetapi aku tetap tersenyum karna senyum membuat segalanya akan lebih mudah. Elsa sampe harus  dibujuk setengah mati biar mau menyeberang pulau. Abisnya ini mah bukan perahu tapi sampan yang pake mesin dan cuma bisa memuat 4 orang. Meskipun pulau Sanrobengi dekat banget dari daratan Sulawesi tapi sepanjang perjalanan hati nggak berasa tentram. Rasa-rasanya itu di sepanjang perjalanan sampan semakin miring saja. Ongkos ke sana lumayan murah, Rp. 20.000 per orang.


Sekitar 15 menit perjalanan akhirnya kami menginjakkan kaki di Pulau Sanrobengi. Matuh dan Agus segera berkeliling Pulau untuk mencari tempat yang baik untuk menikmati pantai. Akhirnya dipilihlah tempat di sebelah Barat pulau di mana sebuah gazebo dibangun. Sementara teman-teman lain sibuk mengatur perlengkapannya dan makan siang di gazebo itu, aku dan Patrik mencari tempat yang lebih rindang dan sejuk untuk dijadikan tempat tidur siang dan menikmati kopi. Setelah semua perlengkapan kami sudah terpasang, Patrik mengungkapkan betapa laparnya dia. Kepada teman-teman perempuan yang lagi sibuk dengan logistik aku bilang, "Kasih dia nasi bungkus!".


Pulau Sanrobengi merupakan sebuah pulau kecil berpasir putih yang keren untuk dijadikan destinasi wisata laut seperti menyelam dan snorkeling.  Teman-teman sebaiknya nggak memancing ikan di sana meski  di pulau ini memang banyak ikannya.  Pantainya lumayan jernih sehingga kita dapat melihat dengan jelas ikan-ikan yang berenang di sela-sela batu karang.  Ketika sampai di sana aku melihat beberapa fasilitas outbond seperti flying fox, jembatan gantung, dan lain-lain. Tapi karena kurang terawat dan cenderung unsafety lagi maka nggak dapat digunakan secara maksimal.
Kita juga dapat menemukan beberapa bangunan WC  yang sudah tidak dapat digunakan lagi dilengkapi sebuah sumur tua masih berdiri kokoh meski dipenuhi dengan tumbuhan menjalar. Kesan spooky akan semakin terasa karena tak jauh dari bangunan tua itu kita dapat menemukan beberapa kuburan manusia. Tetapi karena alamnya masih terjaga dengan baik maka dijamin anda tetap merasa tentram. Maka bagi teman-teman yang ke sana, tolong supaya tetap ikut serta menjaga kebersihan dan kelestarian alamnya.

Satu lagi catatan dari pulau ini, meski belum terkelola maksimal, beberapa fasilitas wisata telah tersedia menyambut kedatangan pengunjung. Salah satunya, Sanggar Nelayan yang menyediakan beberapa bangunan baru termasuk gazebo yang bisa digunakan pengunjung untuk beristirahat. Penduduk di Pulau Sanrobengi juga telah membuat tempat bermain untuk anak-anak yang tentunya juga bisa digunakan tetapi tentu saja belum memperhitungkan standard keamanan dan kenyamanan yang lazim tapi setelah saya mencobanya ternyata menyenangkan juga.




*******

Nah, foto-foto berikut merupakan penampakan Pulau Sanrobengi dan pemandangan dari pulau ini:






















*******

And this is me, the author and the photographer:







Thanx to:

  1. Keluarga besar Komunitas Pencinta Alam - Pintas.
  2. Member of Group : Agustinus 'FCB' Duma, Catharina 'Kajol" Elsa, Yohanes Nyong Putra Ende, Nugraha Memet Hariandja, Markos "Smeagol" Kahia, Akr Anto Ariotik Bitte , Ignatius Ndatau Matuh, dan Patrick Wulaa Petrus.
  3. The participant: OMK Assisi dan Natalia Suling