Saturday, November 22, 2014

PANTAI PANRANG LUHU (Kampung Ara, Desa Bira, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba)




Sebelum kita memasuki lokasi Wisata Pantai Tanjung Bira, ada sebuah lokasi yang menarik untuk dikunjungi yakni Pantai Panrang Luhu. Panrang Luhu berarti Pekuburan Orang Luwu.  Mengapa dinamakan demikian? Itu pasti karna ada ceritanya yang kalau saya cerita di sini, pasti cape ketiknya. So silahkan googling sendiri.
Pasir putih, barisan pohon kelapa yang menghampar sepanjang pantai, dan lautnya yang biru menyambut saya ketika sampai di tempat ini. Desa ini merupakan sebuah perkampungan tradisional pinggir pantai yang masyarakatnya dikenal sebagai pengrajin kapal Pinisi. Makanya, pas ke sini diizinkan untuk melihat-lihat proses pembuatan kapal, bahkan naik ke kapalnya yang tingginya melebihi pohon kelapa.


Panrang Luhu berada di kabupaten Bulukumba berjarak 190 km sebelah tenggara dari Kota Makassar dan 37 km dari kota Bulukumba. Kampung ini merupakan bagian dari kampung Ara yang berada satu wilayah dengan Bonto Bahari.
Dari kejauhan ketika akan masuk ke Pantai Panrang Luhu, dari kejauhan kita sudah bisa melihat deretan Kapal-kapal Pinisi berukuran raksasa. Beberapa kapal kayu yang masih dalam proses pembuatan berdiri di atas pasir putih ditopang dengan tiang-tiang kayu besar nampak begitu mencolok di antara pemandangan indah pantai ini. Klien dari industri kapal ini pun berasal dari manca negara karena model dan cara pengerjaannya yang unik dan nggak biasa.





Nah, foto-foto berikut merupakan penampakan Pantai Panrang Luhu dan pemandangannya :









 




*******

And this is me, the author and the photographer:









Thanx to:

  1. Keluarga besar Komunitas Pencinta Alam - Pintas.
  2. Member of Group : Ignatius Matu dan Bitte.

Tuesday, November 18, 2014

PANTAI BARA (Desa Bira, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan)

Banyak blog yang mengatakan jika pantai ini masih jarang dikunjungi wisatawan.  Memang benar demikian adanya. Begitu tiba di sana, segerombolan monyet menyambut kami dengan lengkingan-lengkingan mereka yang seperti mau tau sapa yang datang. Mereka nampak begitu malu-malu menemui kami sehingga mereka lebih sering bersembunyi di antara dedaunan. Susah banget memotret mereka.

Well bro n sis, menginjakkan kaki di pantai ini membuat kita benar-benar fresh. Karena pantainya jauh dari keramaian dan lumayan bersih.


*******

Nah, foto-foto berikut merupakan penampakan Pantai Bara dan pemandangannya :



















*******

And this is me, the author and the photographer:









Thanx to:

  1. Keluarga besar Komunitas Pencinta Alam - Pintas.
  2. Member of Group : Ignatius Matu dan Bitte.

Sunday, November 16, 2014

TANJUNG BIRA (Desa Bira, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan)



Hai teman-temin. Kali ini aku berada di salah satu tempat di Sulawesi Selatan yang banyak dikunjungi turis manca negara karena alamnya yang eksotik. Yep, benar! Obyek kunjungan kali ini adalah Tanjung Bira. Letaknya sekitar 206 km dari Kota Makassar dengan jarak tempuh sekitar 6 jam dengan menggunakan mobil. Sebenarnya sebelum ke sana aku survey dulu di beberapa blog tentang waktu tempuh ke sana. Beberapa menyebut antara 3 – 5 jam. Tapi beneran aku berangkat pukul 11.25 dari Jl. Cendrawasih dan tiba pukul 17.22.  Kecuali memang ada jalan pintas yang memungkinkan waktu tempuh lebih singkat atau supirnya pembalap nascar.
Teman-temin, sebelum ke sana saya sarankan untuk berdoa dulu supaya kamu jadi petualang yang keren dan luar biasa. Nggak usah bawa snack berlebihan karna nggak berguna bagi tubuh. Nggak usah juga beli kulkas, televisi, dan AC karena beberapa penginapan sudah memfasilitasinya. Lagian di sana banyak penginapan. Kalo budget kurang, silahkan bikin tenda yang nyaman dan aman. Bawalah selalu makanan sehat dan masaklah kopi dengan air bersih. Nggak usah nyari gampang dengan membeli segala sesuatunya.
Aku terakhir ke sini tahun 1998. Waktu itu, belum banyak penginapan dan harganya masih “terserah”. Pemandangannya juga masih benar-benar alami. Jika malam tiba, laut bertaburan hewan bioluminesensi yang bertaburan seperti bintang. Berbeda dengan sekarang yang sudah dipenuhi dengan penginapan dan berbagai macam lapak. Tapi dengan banyaknya penginapan saat ini pun nggak menjamin kamu akan dengan mudah mendapatkan tempat menginap karena sering sekali penuh apalagi Sabtu dan Minggu.
Sekarang ini, aku juga tak dapat lagi melihat keindahan bioluminesensi di pantai Bira. Mungkin kepunahan mereka di sini diakibatkan sama manusia yang kurang menghargai alam. Sayang sekali dulu aku belum punya kamera untuk mengabadikannya sehingga dapat dishare di sini.
Sebuah tulisan keren dalam bentuk prasasti yang sempat saya baca di tempat ini sangat menginspirasi kita untuk berbuat pada alam: "Rawatlah Keindahan untuk Anak Cucu Kita Kelak".
Pantai Bira merupakan sebuah pantai dengan pasir putih yang halus seperti tepung. Sebagai pantai yang ramai dikunjungi turis dan pendatang, pantai ini lumayan bersih. Aku, Matu, dan Bitte sempat menghabiskan malam di anjungan. Di sana kami melihat beberapa bule dan pemuda kampung yang bercengkrama sambil menikmati bir. Aku sangat terhibur mendengar modus curhat pemuda kampung dengan bahasa Inggris pas-pasan dan kacau balau.




*******

Nah, foto-foto berikut merupakan penampakan Tanjung Bira dan pemandangannya :




 












*******

And this is me, the author and the photographer:










Thanx to:

  1. Keluarga besar Komunitas Pencinta Alam - Pintas.
  2. Member of Group : Ignatius Matu dan Bitte.